Meluaskan Pandangan pada Hujan


Mengapa hujan seolah meruntuhkan segala asa? Memelintir sanguin menjadi melankolis hatinya. Mengiyakan segala resah. Lalu kau terhanyut pada rasa, mengabaikan segala kata. Ditambah saat hati melemah, hanyut sudah pada gundah.

Mengapa air langit itu terasa mengajak beromansa? Dalam perspektif manusia, sering disimbolkan sebagai air mata. Waktu yang tepat meluluh lantakkan luka, untuk berteriak seolah menjadi manusia paling malang sedunia. Setidaknya itu yang kulihat di layar kaca.

Di sisi lain, hujan menumbuhkan tunas yang gersang. Bulirnya menghujam bumi, mengusik renik kehidupan. Membangun kehidupan baru, entah bagaimana caranya. Tetesannya mengajarkan untuk bergerak, menumbuhkan, perpanjangan tangan yang kuasa untuk kelangsungan alam. Ia menjaga stabilitas oksigen kita.

Bila kau perhatikan, hujan mengajak berdialek untuk menjadi generator perubahan. Tandus dijadikannya hijau, debu diredam, menyegarkan udara, menyisakan bau yang khas. Hujan juga memperlambat tempo hidup manusia yang serba tergesa-gesa, menjadi lebih tenang. Ia menyiramkan kedamaian dan rasa nostalgia. 



Hujan telah mengajarkan banyak kebaikan. Berbagi, tak peduli kawan atau lawan, yang akan berbuah pada kebaikan lain. 



Bagiku, makna hujan itu luas. Lalu apa makna hujan bagimu? Susah ya? Kita kan berproses, tak masalah bila sukar. Nanti juga akan ada saatnya kita paham. Mari belajar meluaskan pandangan :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Tulisan Lama untuk Kawan-Kawanku