Berpikir


Pernahkah merasa lelah berpikir? Dimana raga diam tapi pikiran melalang buana mencari-cari. Siapa kita, untuk apa kita melakukan ini, apakah ini memang penting untuk dilakukan? Mungkin terselip pertanyaan receh yang konyol pula. Mengapa kita memikirkan itu?  Semua mengantre untuk dijawab, hingga tiba pada suatu titik di mana ingin berhenti menganalisa tapi pada akhirnya putar otak juga untuk mendapatkan caranya.

Kadang sesuatu yang mudah itu lebih menggoda tanpa harus berkontemplasi penuh. Apa-apa serba disuapi tanpa harus berupaya terlalu keras. Hanya perlu sedikit tenaga tanpa terlalu banyak menyedot kemampuan intelektual. Hidup tanpa banyak bertanya, mungkin akan lebih damai.

Namun, otak menyergah. Apa bedanya kita dengan hewan kalau begitu? Fakta bahwa kita berpikir saat ini adalah bukti bahwa kita ini manusia. Cak Nun pernah bilang,
"Salah satu pekerjaan terpenting manusia, yang membuatnya bisa ditandai sebagai makhluk yang bernama manusia, adalah berpikir. Tafakkur itu stafnya iradah, buruhnya kemauan hati, computer drive-nya kehendak-kehendak rohani. Baik dalam hal memasak nasi, menentukan warung tempat makan, memilih gubernur, dan lain-lain, manusia diseyogiakan untuk terlebih dahulu memaksimalkan kerja berpikirnya, rasionalitasnya, intelektualitasnya, perhitungan dan petimbangan akal sehatnya."


Entah bagaimana, simpulan yang saya dapat adalah kita harus bersyukur. Bahwa kita sampai saat ini masih diberi kemampuan untuk menghayati. Betapa Tuhan masih sayang dengan tidak mencabut kemampuan kita sebagai entitas bernama manusia, yang notabene adalah makhluk sempurna. Bahkan seringkali kita memang disuruh berpikir oleh Sang Pencipta, Yang Maha Tahu. Diseru untuk memanfaatkan nalar agar bisa memahami sesuatu, sampai kita sadar bahwa apa yang kita ketahui itu hanya seupil-tidak- bahkan lebih kecil dari amoeba dibanding alam semesta.
Lalu, siapakah kita? Ah, lagi-lagi pertanyaan ini. Sudahlah. Lelah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Tulisan Lama untuk Kawan-Kawanku