Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018
Dalam sebuah perjalanan luar kota yang memakan waktu berjam-jam, ada banyak sekali diskusi-diskusi menarik. Dari banyaknya obrolan itu, ada satu kalimat yang menarik perhatian saya, "Di dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan, tapi dalam keikhlasan sudah pasti ada kebaikan, Mba." Ketika menolong orang, menahan tombol lift untuk orang lain, ketika mentraktir makan teman, atau hal sederhana seperti tersenyum pada orang lain, adakah keikhlasan dalam hati kita? Ataukah itu hanyalah sebuah kebaikan yang berujung pada pengharapan lain? Bisa jadi nun jauh di lubuh hati, kita hanya ingin dilihat dan dicap baik. Entah tulus atau tidak, hanya masing-masing hati yang mengetahui, pada siapa dan apa hakikat kebaikan yang kita usahakan. Belajar ikhlas itu tidak mudah ya. Sekolahnya di alam bernama kehidupan, yang indikator kelulusannyapun sulit ditentukan. Tapi tidak apa-apa, setidaknya setiap kita mengusahakan keikhlasan, akan ada secercah kebaikan yang siap menyambut di de
Terkadang kita merasa lelah, pada urusan yang tak kenal ujung. Yang terus menerus minta dipikirkan tanpa terlihat akhirnya. Terkadang kita merasa sesak pada penatnya urusan dunia yang entahlah akan sampai kapan. Saat kita abaikan dan kita tinggal, ia akan menghantui perlahan dan perlahan. Menguras energi. Melelahkan. Menjemukan. Ingin lari tapi ia selalu membayangi. Seberapapun kita berkeluh kesah, seberapapun kita bercerita dan ingin dipahami, pada teman atau keluarga, tetap saja mereka tak akan mengerti dan merasakan seperti halnya diri sendiri. Mereka akan menangkap dan memproses informasinya sesuai sudut pandang mereka. Pada akhirnya, tak ada makhluk yang memahami seutuhnya, seberapa besar rasa sakit, seberapa lelah perjuangan dan seberapa koyaknya tekad kita untuk maju.  Tapi, janganlah berputus asa. Ada satu yang paling memahami. Ada yang selalu memperhatikan dan mengerti. Setiap peluh, setiap bulir air mata, setiap sesaknya dada saat kita menahan amarah atau getirnya ke

Ketika Idealisme Membentur Kapitalisme

Jangan terlalu membenci sesuatu, karena bisa saja Allah balik hatimu untuk melihat sisi lain hal yang kamu benci itu. Menggelikan ya? Tapi itulah yang terjadi pada saya, yang dulu berpikir sistem yang mendewakan uang itu sangat kotor. Kapitalisme yang berlebih itu menyesakkan dada ketika ada orang lain yang masih kelaparan mengesot meminta sedekah. Saya? Memilih menghindar, lalu label kebencian itu mulai tertanam. Iya, seidealis itu, setidak maunya terlibat dalam dunia kapitalis yang hanya memikirkan uang, uang, dan uang. Meja berbalik, begitu pula saya kini. Bekerja di sebuah perusahaan dengan otak kapitalis. Berdalih menjual ruang untuk masyarakat, tapi abai pada kualitas ruang-ruang yang nantinya akan dihuni oleh si pemilik. Batin serasa saling mempertanyakan satu sama lain. Merasa bersalah ketika idealisme digerogoti. Lalu untuk apa saya berkuliah hingga sakit-sakitan bila pada akhirnya disetir oleh orang yang tak paham akan ruang? Saya sering beradu pendapat, yang saya rasa t
Orang bilang hidup adalah pilihan. Padahal, nyatanya tidak. Lahir dan mati adalah garisan takdir yang pasti terjadi pada manusia, tak ada pilihan lain selain itu.  Sewaktu lahir, kita tidak bisa memutuskan kita ingin hidup atau tidak. Sedari lahir kita tidak memiliki pilihan lain selain hidup. Allah meniupkan roh kita pada janin, diperlihatkan takdirnya, dan kemudian dipaksa lahir. Kita bahkan tidak memiliki kekuasaan untuk menolak. Yang berarti, kelahiran kita di dunia ini bukanlah sebuah pilihan. Mungkin itulah mengapa kita terlahir menangis. Karena saat itu kita tahu, hidup itu tidak akan mudah. Kita dipaksa menjalaninya skenarioNya, entah dalam kelahiran yang diharapkan, atau malah dalam penolakan. Kemudian, kita tumbuh, menjadi dewasa, dan bertanya-tanya. Apa makna hidup. Apa yang diinginkan dunia pada kita. Apa yang Allah inginkan sehingga kita dipaksa untuk hidup. Kita mencari-cari, mempertanyakan hingga akhirnya menentukan pilihan, kekuasaan yang akhirnya kita dapat se
Kadang kita mesti berterima kasih pada luka atas kebaikannya dalam mengingatkan hati yang lalai.