Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

pulang

Saya pulang. Tapi hati saya selalu sibuk pada urusan lain. Saya memang pulang. Tapi malah berbicara pada kawan yang bermil jauhnya. Saya pulang. Tapi tak lebih dari lima kalimat keluar dari dan untuk bapak saya. Saya memang pulang tapi tak menjadi tempat bercerita ibu saya. Ini saya pulang, untuk menyadari betapa sepi rumah di malam hari, betapa sibuk ayah berkegiatan di masa luangnya. Dan betapa saya egois karena semuanya melulu tentang diri sendiri.

Percayalah Pada Mimpimu

Pernahkah kita merasakan apa yang kita kejar selama ini kandas dalam beberapa detik? Apa yang telah kita perjuangkan setiap detiknya menghilang dalam satu kedipan mata. Apa yang saat itu kita rasakan? kecewa? sedih? putus asa? tidak berdaya? (lebay dikit ah) mimpi kita terhenti untuk saat ini, dan kita kehilangan arah. kita tersesat. Banyak orang mendapati kegagalan, bahkan semua orang di dunia ini.Kegagalan adalah suatu siklus hidup.saat-saat itulah kita berada dalam dua pilihan. biarkan kegagalan itu menghancurkanmu, atau bangkit dan mencari strategi lain untuk mendapatkannya kembali. Bangun! Bangun! Jangan larut dalam keputusasaan. Jangan terlalu lama bersedih. Bila memang gagal, pasti ada jalan lain. Percaya! Ada dua hal kenapa kita bisa gagal. Yang pertama, karena usaha kita kurang, Yang kedua karena Allah tidak memberikan barakahnya. ada satu prinsip yang sangat saya pegang hingga sekarang. kita harus percaya pada mimpi kita sendiri. jika kita saja tak yakin, bagaimana mu
“Jika aku saja tak percaya pada mimpiku sendiri, bagaimana mungkin aku bisa meyakinkan Tuhan untuk mengabulkannya?” “Kamu percaya?” “Pada impianku? Tentu. Tiap pagi aku sahut kencang-kencang di depan kaca biar aku ingat selalu,” “Bagaimana bila tidak terkabul?” “Memang kamu Tuhan? Tahu akan terwujud apa tidak?” “Bukan itu maksuduku,” “Ya kita kan bebas memilih, bebas berkeinginan, masalah iya atau tidak ya nanti,” “Sia-sia dong bila gagal,” “Aku percaya tak ada yang sia-sia,” “Kalau ternyata memang percuma?” “Ya sudah kalau begitu. Berarti memang harus merasakan pengorbanan” “Gampang ya bilang gitu,” “Ya memang. Sesimpel itu kan sebenarnya. Seberapa keras kamu mau mengejarnya. Itu kuncinya.” “Salah,” “Apanya?” “Kudengar sukses itu kombinasi dari dua hal, usahamu dan pertolongan semesta, bila kau percaya.” “Ya, jika sesuatu berjalan tak sesuai keinginan, bisa jadi karena usaha   kita belum cukup, atau Tuhan punya rencana lain untuk kita”. “Aku jadi inga

Ternyata Kita Memang Butuh Berekspresi

Beberapa waktu lalu, saya merasa gelisah sekali. Tidak tahu karena apa. Mungkin karena banyak sekali pekerjaan yang harus saya selesaikan dan sudah mulai ditagih semua. Saya coba fokus mendengar lantunan ayat, sedikit mereda, tapi masih ada yang mengganjal. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengekspresikan kegelisahan saya. Ternyata manjur! Rasa tidak nyaman itu hilang seketika Manusia butuh ruang untuk berekspresi, entah dengan menangis, tersenyum, tertawa, menulis, menyanyi, atau berdoa. Hingga kita harus jujur pada diri sendiri dan membuka semuanya, menumpahkannya pada yang kuasa, hingga pada akhirnya Allah angkat kegelisahan di hati. Bukankah dengan mengingat Allah, hati jadi tenang?