Sebuah Pelajaran di Hari yang Dinanti
Syukur. Badanku kaku, masih kalut dalam ujaran-ujaran syukur yang tak henti-hentinya bergaung dalam hati. Salah satu sejarah hidup yang akan terkenang abadi. Mengganti peluh dan resah dengan rasa yang tak terdefinisikan. Semuanya terbayar tuntas. Bising. Orang-orang itu sibuk menebar pesona dan tertawa, menenteng berbagai hadiah yang diberikan padanya. Hadiah yang benar-benar telah dipersiapkan untuk mereka. Dengan segala ucapan-ucapan manisnya. Mengabadikan momen lewat lensa, berlenggak lenggok membuat video boomerang, atau sekadar selfie . Mencari. Di keramaian itulah aku berada. Sendiri aku berdiri, mencoba tersenyum, dan melihat sekitar, berharap ada seseorang yang benar-benar memanggil namaku. Kecut. Tak terhindarkan lagi muncul perasaan khawatir. Ah, ternyata kehadiranku tak seberapa bagi orang-orang yang pernah kusapa. Ah, ternyata aku hanya mampir dan pergi dari hati mereka. Ah, pengharapan itu memang sakit. Lagi-lagi dua huruf itu. Ah. Perih. Mer...